Selasa, 30 Agustus 2011

MAAF

Tadi malam, aku merasa tolol dan jahat sekali. Karena iseng, tanpa berpikir panjang, mungkin juga ditambah lagi kombinasi rasa lapar karena sedang sulit-sulitnya mencari makan di sini, aku melakukan kesalahan yang membuat marah seorang kawan. Benar saja, pagi ini, selain sakit kepala yang sering kuderita selama di Yogyakarta, perutku juga sembelit. Biasanya perut sembelit kuderita karena tekanan mental. Ya, aku benar-benar merasa bersalah.

Memang aku sudah minta maaf, serius dari hati yang paling dalam. Tapi, sebagai seorang yang pernah belajar Ilmu Komunikasi selama 5 tahun, aku tahu bahwa apa yang sudah diucapkan/dituliskan, walau sudah diubah atau diklarifikasi, tidak akan terlupakan begitu saja. Apa yang sudah diucapkan atau dituliskan sudah terjadi dan tidak dapat ditarik lagi. Sehingga, biarpun sudah meminta maaf, perasaan sakit atau terluka yang diakibatkannya tak bisa terhapus begitu saja. Kecuali kawan tadi, tiba-tiba terkena amnesia permanen.

Lebih dari perasaan bersalah, aku juga takut sang kawan merasa aku memojokkan dia karena kondisi kehidupannya. Sama sekali itu tak menjadi maksud dan tujuanku. Murni, karena kedangkalan cara berpikirku, aku hanya bermaksud bercanda.

Mudah-mudahan, di hari yang fitri ini, dia membuka pintu maaf. Seperti yang selalu kuucapkan, minta maaf ya pada saat lebaran, minta tolong ke kantor polisi. Di hari lebaran versi pemerintah ini, aku ingin minta maaf setulus hati, dan aku enggak bawa polisi kok. As you know my friend, aku alergi sama polisi. Maaf ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar