Jumat, 19 Agustus 2011

SELIMUT BARU

Cihuy, akhirnya jadi juga aku membeli selimut baru!



Sudah dua minggu ini aku berencana membeli selimut dan tikar untuk tempat tidur jika ada tamu di kosan. Minggu lalu, aku sudah melihat-lihat selimut dan tikar yang bakal kubeli. Bentuk dan modelnya sudah cocok. Tapi, aku terbentur di masalah harga. Selimut batik dibandrol dengan harga Rp 150 ribu, sementara tikarnya Rp 140 ribu. Kalau membeli keduanya, maka harus keluar uang sekitar 300 ribu. Sementara, ada beberapa kebutuhan lainnya yang harus kupenuhi.

Timbang rasa dan timbang pikir, aku putuskan untuk membeli selimut saja terlebih dahulu. Alasannya, Yogyakarta sekarang sedang dingin-dinginnya. Selimut tebal adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Sementara, di kosan belum ada tamu yang harus disediakan tempat tidur tambahan. Jadinya, membeli tikar diundur nanti saja, kalau ada rejeki tambahan atau di termin kiriman dari ibu selanjutnya. Walau tak sesuai dengan yang ditargetkan, tapi itulah keputusan yang terbaik.

Hidup ini memang tak selalu sesuai target. Jadi ingat ke curhatan teman beberapa waktu yang lalu. Katanya dia menikah karena ingin memenuhi target usia yang sudah mepet. Memang, enggak satu dua orang yang menjadikan faktor usia sebagai target menikah. Tapi, enggak disangka, teman yang kuanggap cukup mumpuni menggunakan kemampuan logikanya, ternyata membuat keputusan seperti itu.

Memang, tidak ada yang menjamin bahwa pernikahan atas dasar target usia pasti tidak bahagia. Tapi, berbicara mengenai pertimbangan, selalu soal rasa dan logika. Sayangnya, di dalam praktik sehari-hari, logika sering dikalahkan oleh rasa. Padahal otak yang merepresentasikan logika ukurannya lebih besar daripada hati yang merujuk pada rasa. Kasihan juga pada otak yang juga diberi tempat lebih tinggi tapi selalu digusur oleh faktor rasa. Entahlah, jadinya seperti menghakimi. Yang jelas, malam ini, dengan pertimbangan rasa dan logika, aku akan tidur hangat di balik selimut baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar