Senin, 19 September 2011

HARAPAN

Pagi ini aku terbangun saat terdengar pintu kamar diketok tetangga depan yang ingin meminjam setrika. Saat kuberikan setrika, kutanya padanya jam berapa sudah saat itu. "Jam tujuh," jawabnya sambil menerima setrika. Lalu ia pun bertanya kapan bisa mengembalikan setrikaan itu. Kujawab, "Kembalikan kalau nanti melihatku. Atau kalo aku tak nampak-nampak, kembalikan saja pada emakku." Dan iapun tertawa ngakak, akupun menutup pintu kamar dan membanting badan ke atas dipan. Tapi, walau berkata begitu, aku masih berharap tetap hidup, setidaknya sampai setrikaanku kembali.

Jam tujuh, mata ngantuk karena tadi malam begadang sampai jam tiga, cucian menggunung dan harus segera dicuci, uang tunai tinggal dua ribu perak di dompet. Sungguh daftar pertimbangan yang membuatku tak bisa memilih jawaban 'LANJUTKAN TIDUR'.  Andai saja saat itu masih jam 6 pagi, aku tak begadang semalaman, tak ada tumpukan cucian, uang tunaiku masih banyak. Arrrr...

Untuk memastikan otak, kulihat jam di hape yang memang menunjukkan angka jam enam lewat 59 menit. Dan 'o-o', hapeku yang baru semalam dicas, sudah menunjukkan penanda baterai berwarna orange. "Damn!" umpatku. Kurasa baterai hapeku sudah soak. Ah, kuharap aku memenangkan sebuah kompetisi, kompetisi apapun, termasuk kompetisi orang paling menyebalkan sekalipun, yang penting aku dapat uang tambahan. Tepat jam 7 pagi, aku sudah punya sederet harapan yang kuharap sesuatu kekuatan entah apapun itu, bisa memenuhinya.

Ya, ya, aku tahu apa jawabannya. Tepat seperti yang selalu kujawab kalau ada seseorang yang tiba-tiba berkata, "Res, buku-bukumu untukku ya," atau, "Kak, kalau kau mati, macbookmu wariskan ke aku." Dan aku selalu berkata ketus, "YOU WISH!" Dan dilanjutkan dengan penguat penolakan," IN YOUR DREAM!"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar